Nasib Positif Petani Desa Krayan di Perbatasan
Hal ini dilakukan warga petani di perbatasan lebih suka menjual padi (beras) nya karena harga beras di dua kota tersebut bisa mencapai lima sampai enam ringgit, setara dengan Rp. 12000,- hingga Rp. 15000,- per kilogram. Lebih senang lagi jika beras di jual ke Brunei dengan harga mencapai 50 ringgit segantang (1 gantang = 3,5 kg). Sementara harga beras di Krayan atau di jual ke wilayah Indonesia, harga beras paling tinggi Rp. 8000,- per kilogram.
Selain transaksi melalui uang, masyarakat Desa Krayan juga biasa melakukan jual beli dengan cara barter, contohnya warga Desa Krayan menukar beras dengan sembako lainnya ini dilakukan sebagai solusi memenuhi kebutuhan setempat yang daerahnya hanya bisa di jangkau dengan menggunakan pesawat terbang.
Masyarakat Desa Krayan lebih suka menjualnya ke luar negeri,selain lebih dekat dan harga yang tinggi, berbeda jika harus menjual hasil pertanian beras di jual di wilayah Indonesia, juga karena angkutan hanya dapat dilakukan dengan pesawat terbang.
Karena alasan kepraktisan hasil pertanian beras warga Desa Krayan dalam menjual hasil pertaniannya ke Malaysia dan Brunei justru menjadi keuntungan dan oleh sebab keterbatasan transportasi darat yang menjadikan Desa Krayan dan warganya menjadi sejahtera.
Maka tidak salah jika inilah potret dan Nasib Positif Petani Desa Krayan di Perbatasan.
Sudah selayaknya Pemerintah mengubah tata niaga beras ke perbatasan dengan cara yang lebih bijaksana dan dapat menguntungkan petani, selain dari pada itu Pemerintah juga harus segera menyediakan sarana dan prasarana transportasi darat agar swasembada beras yang gemanya sa-Indonesia dapat diraih.